Bogor,Jawa Barat | deraphukum.click | Selasa, 09 Desember 2025 Pagi itu seharusnya menjadi awal yang tenang di Kampung Rawahingkik, Limus Nunggal. Embun masih menggantung, sebagian warga bersiap beraktivitas, dan anak-anak mulai berkumpul di depan rumah. Tidak ada yang menduga bahwa dalam hitungan detik, ketenangan itu berubah menjadi kepanikan besar.
Sekitar pukul 09.16, suara benturan keras terdengar memecah keheningan gang. Suara logam menghantam aspal yang tak rata, disusul teriakan orang-orang yang kaget. Dalam beberapa detik, warga berhamburan keluar rumah, berlari menuju sumber suara.
Di tengah jalan sempit, sebuah sepeda motor Honda dengan kondisi penuh lumpur tergeletak miring. Bagian belakang motor tampak ringsek dan patah, seolah menghantam sesuatu dengan keras. Plat nomor nyaris terjatuh, menggantung tanpa daya. Asap tipis masih keluar dari knalpot, mempertegas gambaran sebuah kecelakaan yang baru saja terjadi.

Di samping motor itu, seorang pria dewasa—diduga pengendara motor—berusaha duduk meski tubuhnya goyah. Nafasnya memburu. Tangannya bergetar hebat. Wajahnya menahan sakit, namun lebih dari itu, tampak ketakutan yang dalam, seolah dunia runtuh begitu cepat tanpa ia siap menghadapinya.
Beberapa anak kecil yang menyaksikan dari kejauhan tampak terdiam, sebagian menutup mulut karena kaget. Seorang warga paruh baya buru-buru menghampiri, memegang bahu korban sambil menenangkan, “Pak! Tenang dulu, jangan berdiri dulu!”
Tidak jauh dari lokasi, seorang warga menemukan sebuah kartu identitas yang terjatuh—diduga milik korban. Kartu itu tertindih pecahan kaca dan debu, menandakan kerasnya benturan yang terjadi. Identitas korban tidak dipublikasikan demi menjaga privasi, namun warga memastikan ia adalah penduduk Cileungsi dan sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta yang pulang-pergi menggunakan motor tersebut.
Kronologi yang Masih Samar, Tapi Jalan Rusak Jadi Sorotan
Beberapa saksi mata memberikan gambaran awal. Sebagian menyebut korban hilang kendali saat melewati bagian jalan yang rusak dan bergelombang. Kondisi jalan di titik itu telah lama menjadi keluhan warga: sempit, berlubang, dan rawan licin setiap kali habis diguyur hujan.
“Sudah sering kejadian! Banyak yang jatuh di sini. Jalannya rusak, nggak pernah diperbaiki,” ujar seorang warga dengan nada geram.
Saksi lainnya mengatakan suara benturan terdengar sangat keras—cukup keras untuk membuat orang-orang di radius beberapa rumah langsung keluar.
“Kami pikir ada kendaraan besar tabrakan. Ternyata motor ini menghantam keras sekali,” lanjut warga lainnya yang ikut membantu.
Momen Haru saat Keluarga Datang
Tak lama setelah warga berkerumun, keluarga korban tiba di lokasi. Tangis pecah seketika ketika mereka melihat kondisi motor dan korban yang masih terduduk lemas. Seorang anggota keluarga terlihat memegang kepala korban, memastikan ia masih sadar sambil berulang kali menyebut namanya.
Situasi berubah emosional. Beberapa warga yang melihat ikut meneteskan air mata. Gang kecil itu berubah menjadi ruang penuh kecemasan dan ketegangan—antara rasa takut, penyesalan, dan ketidakpastian.
Teriakan Minta Tolong, Hiburan, dan Penyesalan yang Tertinggal
Warga yang menyaksikan kejadian menggambarkan momen itu sebagai salah satu yang paling menggetarkan. Teriakan minta tolong terdengar dari berbagai arah. Suara anak-anak menangis karena kaget. Ada pula warga yang bergegas mengambil air minum dan membuka jalan agar motor bisa dipindahkan sementara menunggu penanganan lebih lanjut dari aparat setempat.
“Kalau jalannya bagus, mungkin tidak separah ini,” ujar seorang warga, menahan emosi.
Harapan Warga: Jangan Ada Korban Lagi
Peristiwa pagi itu menjadi cermin betapa rentannya keselamatan masyarakat ketika infrastruktur dibiarkan dalam kondisi memprihatinkan. Warga berharap kecelakaan ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah untuk segera memperbaiki jalan yang telah lama menjadi keluhan.
Hingga berita ini diturunkan, korban telah mendapatkan pertolongan pertama dari warga dan diupayakan untuk pemeriksaan medis lanjutan. Motor yang ringsek dan kartu identitas yang jatuh di aspal menjadi saksi bisu dari pagi yang berubah menjadi tragedi dalam hitungan detik.
Gang kecil itu kembali sepi, namun jejak kecemasan masih terasa. Benturan itu mungkin sudah berhenti, tetapi suaranya masih menggetarkan hati warga yang menyaksikannya.
( Erick Rahman kalauw )

