Batam, | Deraphukum.click | Dakwah bukan sekadar aktivitas lisan, tetapi tanggung jawab nurani. Ia bukan hanya soal seberapa sering seseorang berdiri di atas mimbar, melainkan seberapa jujur ia berdiri di hadapan kebenaran. Di titik inilah dakwah sering diuji bukan oleh penolakan umat, melainkan oleh tarikan kepentingan dunia yang datang perlahan, halus, dan menenangkan.
Ilmu yang dibawa oleh para dai sejatinya adalah amanah besar. Ia diturunkan untuk membimbing manusia, menegakkan keadilan, dan menjaga kemurnian nilai. Namun amanah itu bisa berubah menjadi beban berat ketika ilmu tidak lagi dijaga dengan keikhlasan. Ketika kebenaran mulai dipilih-pilih berdasarkan situasi, ketika keberanian mulai ditakar dengan keuntungan, maka dakwah pelan-pelan kehilangan rohnya.
Banyak orang menyangka bahwa tantangan terbesar dakwah adalah tekanan dari luar. Padahal sering kali yang paling berbahaya justru berasal dari dalam: rasa aman yang berlebihan, kenyamanan yang memanjakan, serta keinginan untuk diterima oleh semua pihak tanpa risiko. Di saat itulah nurani diuji—apakah tetap setia pada kebenaran atau memilih jalan aman yang menenangkan hati sesaat.
Kekuasaan adalah realitas sosial yang tidak dapat dihindari. Ia dibutuhkan untuk mengatur kehidupan bersama. Namun sejarah juga mencatat bahwa kekuasaan sering menjadi ujian paling berat bagi mereka yang membawa ilmu. Bila ilmu berdiri tegak, kekuasaan bisa diarahkan. Tetapi bila ilmu melemah, kekuasaan akan mengambil alih arah dan menjadikannya alat pembenaran.
Seorang dai sejatinya tidak dituntut untuk selalu keras, tetapi juga tidak dibenarkan untuk selalu lunak demi diterima. Ada saat untuk merangkul, ada saat untuk menegur. Ada waktu untuk mendampingi, ada waktu untuk menjaga jarak. Semua itu harus dilandasi oleh satu niat: menjaga kebenaran tetap lebih tinggi daripada kepentingan apa pun.
Dalam realitas hari ini, umat semakin sadar bahwa dakwah bukan hanya dinilai dari isi ceramah, tetapi dari keselarasan antara ucapan dan perbuatan. Ketika perkataan indah tidak sejalan dengan sikap hidup, maka kepercayaan akan runtuh dengan sendirinya. Sebaliknya, ketika seorang dai hidup sederhana, jujur, dan berpihak kepada yang lemah, maka dakwahnya akan hidup meski tanpa banyak kata.
Sebagai bagian dari gerakan dakwah di Batam Kota, kami meyakini bahwa menjaga kemurnian sikap adalah kunci keberkahan perjuangan. Dakwah bukan milik individu, bukan pula alat untuk membesarkan nama atau kelompok. Dakwah adalah milik umat, milik kebenaran, dan milik masa depan generasi.
Ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang membuat pemiliknya semakin takut berbuat zalim, semakin berat lidahnya untuk berdusta, dan semakin ringan langkahnya untuk membela yang lemah. Ilmu yang tidak diberkahi justru menjadikan seseorang pandai berbicara, tetapi miskin kejujuran; tampak lantang di mimbar, namun ragu di medan sikap.
Semoga kita semua yang berjalan di jalan dakwah senantiasa diberi kejernihan hati, kekuatan niat, dan keistiqamahan sikap. Sebab dakwah sejatinya bukan tentang siapa yang paling terlihat, tetapi siapa yang paling setia menjaga nurani di hadapan Allah. (Nursalim)

