BATAM-KEPRI | Deraphukum.click | 31 Desember 2024 – Kota Batam kembali menjadi saksi diskusi hangat yang penuh makna antara dua tokoh penting yang mewakili dunia media dan agama. Bertempat di Batam Centre Mall (BCM), Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Nursalim Tinggi Turatea, bertemu dengan Ketua Persatuan Muballigh Kota Batam, Dr. Suyono, M.Ag. Dalam suasana santai dan penuh rasa kekeluargaan, keduanya berdiskusi tentang perkembangan agama dan budaya di kota yang dikenal sebagai gerbang internasional Indonesia.
Diskusi ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan tantangan yang dihadapi masyarakat Batam dalam mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya di tengah derasnya arus modernisasi. Sebagai kota dengan populasi multietnis, Batam memiliki tantangan unik dalam menjaga harmoni sosial dan keberagaman budayanya.
“Kita tidak bisa membiarkan modernisasi menghapus nilai-nilai luhur agama dan budaya yang telah menjadi identitas bangsa. Sebagai insan media, saya merasa terpanggil untuk memberikan ruang lebih besar bagi isu-isu ini dalam pemberitaan,” ujar Nursalim.
Dr. Suyono menambahkan bahwa modernisasi bukanlah hal yang harus ditentang, melainkan dikelola agar selaras dengan nilai-nilai agama dan budaya. “Agama dan budaya adalah fondasi yang kuat. Tantangannya adalah bagaimana kita mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan modern tanpa kehilangan esensinya,” jelasnya.
Dalam diskusi yang berlangsung hampir dua jam ini, kedua tokoh sepakat bahwa budaya ngopi, yang sering dianggap hanya sebagai aktivitas santai, sebenarnya bisa menjadi medium produktif untuk membangun silaturahmi dan mendiskusikan berbagai isu penting.
“Ngopi itu bukan sekadar minum kopi. Di tempat seperti ini, kita bisa berdiskusi, bertukar ide, dan bahkan mencari solusi atas berbagai permasalahan,” ungkap Nursalim.
Dr. Suyono menambahkan bahwa tradisi duduk bersama sambil menikmati kopi memiliki nilai silaturahmi yang tinggi. “Dalam Islam, silaturahmi adalah ibadah. Dengan duduk bersama seperti ini, kita tidak hanya mempererat hubungan, tetapi juga saling menguatkan dalam menghadapi berbagai tantangan,” ujarnya.
Salah satu poin penting yang dibahas adalah perlunya kolaborasi antara media dan tokoh agama dalam melestarikan budaya lokal. Batam, sebagai kota dengan keberagaman budaya, memiliki potensi besar untuk menjadi teladan harmoni di Indonesia. Namun, potensi ini hanya bisa diwujudkan jika ada usaha nyata dari berbagai pihak untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal.
“Peran media sangat strategis dalam mengangkat isu-isu budaya. Jika media tidak memberikan perhatian, budaya kita bisa tergeser oleh pengaruh luar,” tegas Nursalim.
Sementara itu, Dr. Suyono menekankan pentingnya pendekatan dakwah yang relevan dengan budaya lokal. “Dakwah tidak bisa disampaikan secara universal tanpa mempertimbangkan konteks budaya masyarakat setempat. Dengan pendekatan yang tepat, pesan agama akan lebih mudah diterima dan dipahami,” tuturnya.
Di akhir diskusi, keduanya sepakat bahwa pertemuan semacam ini perlu dijadikan tradisi. Dengan suasana santai namun produktif, banyak gagasan besar yang dapat dihasilkan.
“Kita harus terus membiasakan diri untuk duduk bersama, berdiskusi, dan mencari solusi. Dengan begitu, kita tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar Nursalim.
Dr. Suyono pun menyampaikan harapan agar budaya diskusi produktif seperti ini terus dipertahankan. “Melalui dialog dan kolaborasi, kita bisa menemukan jalan keluar dari berbagai kebuntuan. Mari jadikan ini sebagai tradisi untuk membangun masa depan yang lebih baik,” katanya.
Menjelang penutupan tahun 2024, diskusi ini menjadi pengingat akan pentingnya refleksi, sinergi, dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan masa depan. Peran agama dan budaya, yang sering dianggap terpisah, sebenarnya saling melengkapi dalam membentuk identitas masyarakat.
Dengan semangat kebersamaan, harapan untuk menjadikan Batam sebagai kota yang harmonis, berbudaya, dan bermartabat bukanlah sekadar angan-angan. Tradisi silaturahmi melalui diskusi produktif, seperti yang dilakukan hari ini, adalah langkah nyata menuju cita-cita tersebut.
“Sejarah telah menunjukkan bahwa peradaban besar lahir dari kebiasaan duduk bersama dan berdialog. Mari kita lanjutkan tradisi ini untuk kebaikan bersama,” pungkas Nursalim.
(Nursalim)