Karawang,Jawa Barat | Deraphukum.click | Di sudut kecil Cilamaya, Karawang, Menjadi penggenggam mimpi di panggung musik Indonesia. Erik Fria Dewantara, lahir pada 21 Januari 1993, Sosok Musisi yang tumbuh dengan nada-nada yang mengalun di benaknya sejak usia beliau. Tahun 2004 menjadi titik awal perjalanan musiknya, saat ia memutuskan bahwa musik bukan hanya hiburan, melainkan panggilan jiwa.
Bertahun-tahun Erik mengasah kemampuannya, mencoba berbagai gaya musik, dan menjajal panggung-panggung kecil di kampungnya. Hingga pada 21 Juli 2012, ia mewujudkan salah satu mimpinya dengan membentuk sebuah band bernama Violis Band. Band ini menjadi wadah bagi kreativitasnya, tempat di mana lagu-lagu ciptaannya menemukan nyawa dalam harmoni suara dan denting instrumen.
Namun, perjalanan musik tak selalu mulus. Meski Violis sempat meraih simpati pendengar dan mulai dikenal di lingkungannya, pada 13 Januari 2025 keputusan berat diambil—Violis resmi dibubarkan. Bukan karena kehilangan cinta pada musik, melainkan karena Erik dan para personel menyadari bahwa visi dan langkah mereka tak lagi seirama.
Meski harus berpisah dengan band yang ia dirikan sendiri, semangat Erik tak meredup. Justru dari pembubaran itu, ia menemukan panggilan baru: berdiri sendiri sebagai solowis, membawa karya-karya yang pernah dibawakan Violis, sekaligus menciptakan lagu-lagu baru yang sepenuhnya lahir dari hatinya. “Musik bukan soal siapa yang menemani di panggung, tapi soal bagaimana kita terus menyuarakan jiwa kita,” ujar Erik dalam salah satu wawancaranya.
Kini, Erik melanjutkan perjalanannya sebagai musisi independen. Ia tetap membawakan lagu-lagu hak cipta miliknya, sambil terus menulis karya baru yang diharapkan bisa menjadi bagian dari kenangan indah para pendengarnya. Dengan tekad yang sama seperti saat pertama kali memegang gitar di tahun 2004, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa namanya akan dikenang bukan hanya sebagai musisi, tapi sebagai pencipta karya yang jujur dari hati.
Bagi Erik Fria Dewantara, musik adalah bahasa yang tak lekang oleh waktu. Dan meskipun formasi band yang dulu ia bentuk telah berakhir, melodi dan liriknya akan terus mengalun, menjadi saksi bahwa seorang anak dari Cilamaya Karawang bisa berdiri sendiri dan tetap bersinar di panggung musik Indonesia. (Red)