KARAWANG, Jawa Barat | DerapHukum.click | Meningkatnya debit air Sungai Cilamaya kembali memicu kekhawatiran warga pengguna jembatan gantung yang menghubungkan Kampung Balok, Kabupaten Subang, dengan Kampung Bojong SS, Kabupaten Karawang. Arus sungai yang deras dan keruh dinilai semakin memperbesar risiko kecelakaan di jalur penghubung vital antarwilayah tersebut.
Pantauan DerapHukum di lokasi menunjukkan permukaan air sungai naik signifikan dan mendekati bagian bawah jembatan. Arus deras membawa ranting dan batang pohon yang berpotensi menghantam struktur jembatan. Di sisi lain, aktivitas warga tetap padat, dengan antrean sepeda motor dan pejalan kaki yang terpaksa melintas secara bergantian.

Salah seorang warga Kampung Bojong SS, Ujang (42), mengaku waswas setiap kali harus melintasi jembatan, terutama saat debit air Sungai Cilamaya meningkat.
“Kalau air lagi tinggi begini, jembatan terasa makin goyang. Tapi mau lewat mana lagi? Ini satu-satunya akses kami ke Subang,” ujarnya.
Keluhan serupa disampaikan warga lainnya yang menilai belum ada langkah konkret dari pihak berwenang.
Siti (35), warga Kampung Balok, mengatakan kondisi ini sudah berlangsung cukup lama tanpa solusi nyata.
“Setiap musim hujan selalu begini. Warga cuma diimbau hati-hati, tapi tidak ada pengamanan atau petugas yang berjaga. Kalau terjadi apa-apa, siapa yang bertanggung jawab?” katanya.

Minimnya rambu peringatan dan pengawasan semakin memperparah situasi. Jembatan yang seharusnya dilalui secara terbatas justru kerap dipadati kendaraan roda dua dalam waktu bersamaan, meningkatkan risiko kecelakaan di atas aliran sungai yang deras.
DerapHukum menegaskan, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Pemerintah daerah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang didesak segera melakukan pengecekan menyeluruh terhadap struktur jembatan, membatasi jumlah pengguna saat debit sungai tinggi, serta menyiapkan langkah darurat demi keselamatan warga.
Keselamatan masyarakat bukan sekadar imbauan, melainkan kewajiban yang harus dipastikan kehadirannya oleh negara.
(Lukman N.H)

