ARTIKEL SEDIH | Deraphukum.click | Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang ayah bernama Rudi, seorang pria paruh baya yang telah lama ditinggalkan oleh istrinya. Sejak kepergian sang istri, ia harus berjuang seorang diri untuk menghidupi kedua buah hatinya, Siti dan Rahman, yang masih kecil.
Hari-harinya dipenuhi dengan keringat dan rasa lelah. Setiap pagi sebelum matahari terbit, Rudi sudah menyusuri jalanan, mengais tumpukan sampah demi menemukan botol plastik atau kardus bekas yang bisa dijual. Terkadang, di antara tumpukan itu, ia menemukan sisa makanan yang masih bisa dimakan, dan itulah yang ia bawa pulang untuk anak-anaknya.
Lebaran semakin dekat. Rudi melihat anak-anak lain mulai memakai baju baru yang dibeli orang tua mereka. Siti dan Rahman hanya bisa menatap dengan mata penuh harap, tapi tak sedikit pun mereka mengeluh. Mereka tahu ayah mereka bekerja keras, dan mereka tidak ingin membebani hatinya.
Namun, sebagai seorang ayah, Rudi tidak ingin anak-anaknya merasa berbeda dari teman-temannya. Ia berjanji dalam hati bahwa sebelum Lebaran tiba, ia harus bisa membelikan baju baru untuk mereka, meski hanya satu pasang.
Hari-hari berlalu dengan lebih berat. Rudi bekerja lebih keras, menahan lapar, dan bahkan terkadang rela begadang untuk mencari lebih banyak barang bekas yang bisa dijual. Kakinya penuh luka karena berjalan tanpa alas kaki, tangannya kapalan karena harus menggali di antara tumpukan sampah yang tajam dan kotor.
Sampai akhirnya, malam takbiran tiba. Dengan uang yang dikumpulkannya, ia pergi ke pasar dan membeli dua pasang baju sederhana untuk Siti dan Rahman. Air matanya menetes saat melihat pakaian kecil itu di tangannya. Mungkin bukan baju mahal, tapi ini adalah hasil dari perjuangan dan cinta yang tidak ternilai.
Ketika ia sampai di rumah dan menyerahkan baju itu, mata Siti dan Rahman berbinar. Mereka berlari memeluk ayahnya, meneteskan air mata bahagia.
“Terima kasih, Ayah. Kami sangat bersyukur,” bisik Siti.
Rudi mengusap kepala mereka, tersenyum meski hatinya pedih. Ia sadar, kebahagiaan tidak selalu datang dari harta atau kemewahan, tetapi dari rasa syukur atas apa yang dimiliki.
Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Rudi berdoa. Ia tidak meminta kekayaan, hanya memohon agar selalu diberi kekuatan untuk terus berjuang demi anak-anaknya. Karena bagi seorang ayah, kebahagiaan sejati adalah melihat senyum di wajah anak-anaknya, meskipun harus melalui lautan kesedihan.
(Y.I.N)