- Advertisement -spot_img
HomeArtikelMenghidupkan Apresiasi Puisi di Kalangan Pelajar : Menumbuhkan Kepekaan Estetika dan Nilai...

Menghidupkan Apresiasi Puisi di Kalangan Pelajar : Menumbuhkan Kepekaan Estetika dan Nilai Kemanusiaan

- Advertisement -spot_img

PUISI | Deraphukum.click | : Oleh : St. Nurung, M. Pd Guru SMA Negeri 1 Jeneponto

Puisi merupakan salah satu bentuk ekspresi sastra yang kaya akan makna dan estetika. Keindahannya terletak pada pemilihan diksi, ritme, dan metafora yang mampu menyentuh emosi serta mengantarkan pesan-pesan mendalam tentang kehidupan. Namun, di tengah arus globalisasi yang semakin pragmatis, minat terhadap puisi di kalangan pelajar cenderung mengalami penurunan. Banyak yang menganggap puisi sebagai sesuatu yang rumit dan sulit dipahami, sehingga pembelajaran apresiasi puisi kerap kali tidak mendapatkan perhatian yang layak dalam sistem pendidikan.

Sebagai seorang pendidik di SMA Negeri 1 Jeneponto, saya menyadari bahwa tantangan terbesar dalam mengajarkan puisi bukanlah keterbatasan materi, melainkan kurangnya pendekatan yang mampu membangun ketertarikan pelajar terhadap puisi itu sendiri. Oleh karena itu, strategi pembelajaran apresiasi puisi harus dirancang dengan metode yang inovatif dan interaktif, sehingga peserta didik tidak hanya memahami puisi dari aspek tekstual, tetapi juga mampu merasakan serta menjiwai maknanya secara mendalam.

Langkah pertama dalam membangkitkan apresiasi terhadap puisi adalah dengan mengidentifikasi unsur-unsurnya secara kontekstual. Puisi bukanlah sekadar kumpulan kata-kata indah yang disusun secara arbitrer, melainkan hasil perenungan mendalam seorang penyair terhadap realitas kehidupan. Oleh karena itu, peserta didik perlu diajak untuk memahami puisi melalui lensa pengalaman dan emosi mereka sendiri. Dalam tahap ini, saya mengajak mereka untuk membaca dan mendengarkan puisi yang dibacakan secara ekspresif, sehingga mereka dapat merasakan kekuatan emosi yang terkandung di dalamnya. Diskusi interaktif juga menjadi bagian penting dalam proses ini, di mana peserta didik diajak untuk mengeksplorasi tema, diksi, dan simbolisme yang digunakan dalam puisi.

Selanjutnya, tahap apresiasi puisi tidak boleh berhenti pada analisis formalistik semata. Peserta didik harus diberikan ruang untuk menafsirkan dan mengaitkan puisi dengan realitas yang mereka alami. Saya menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek, di mana peserta didik diminta untuk memilih puisi yang menurut mereka relevan dengan pengalaman pribadi atau isu sosial yang mereka anggap penting. Mereka kemudian melakukan kajian mendalam terhadap puisi tersebut, menggali makna yang tersembunyi, serta menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, puisi tidak lagi dipandang sebagai teks yang abstrak, melainkan sebagai medium refleksi dan ekspresi yang memiliki relevansi dengan dunia mereka.

Langkah terakhir dalam membangun apresiasi puisi yang autentik adalah dengan mendorong peserta didik untuk menyajikan puisi secara kreatif. Banyak pelajar yang merasa enggan atau malu ketika diminta untuk membaca puisi di depan kelas, karena mereka menganggap bahwa pembacaan puisi membutuhkan keterampilan khusus. Untuk mengatasi hal ini, saya memberikan pelatihan teknik vokal, intonasi, dan ekspresi dalam membaca puisi, sehingga mereka dapat menampilkan puisi dengan lebih percaya diri. Selain itu, saya juga membuka ruang bagi mereka untuk menginterpretasikan puisi melalui berbagai media, seperti musikalisasi puisi, teater puisi, atau visualisasi puisi dalam bentuk video.

Dari pengalaman saya mengajarkan apresiasi puisi, saya menyadari bahwa keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada bagaimana kita sebagai pendidik mampu membangun rasa keterhubungan antara peserta didik dengan puisi itu sendiri. Ketika mereka merasakan bahwa puisi dapat menjadi cermin perasaan dan pengalaman mereka, maka apresiasi terhadap puisi akan tumbuh secara alami.

Lebih dari sekadar bahan ajar dalam kurikulum, puisi memiliki peran penting dalam membentuk kepekaan estetika dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui puisi, peserta didik dapat belajar untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, sehingga mereka menjadi individu yang lebih empatik dan reflektif. Oleh karena itu, pembelajaran apresiasi puisi harus terus dikembangkan dengan pendekatan yang lebih inklusif dan kreatif, agar generasi muda tidak kehilangan salah satu bentuk seni yang paling luhur dalam peradaban manusia.

Jika kita ingin mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kedalaman emosi dan pemikiran, maka apresiasi terhadap puisi harus menjadi bagian integral dalam pendidikan. Dengan menghidupkan kembali kecintaan terhadap puisi, kita tidak hanya menjaga warisan sastra, tetapi juga menanamkan nilai-nilai estetika dan kemanusiaan yang akan membentuk karakter generasi mendatang.

(St.Nurung.M.Pd)

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here