BATAM-KEPRI | Deraphukum.click | Oleh Nur salim, M. Pd – Ketua Afiliasi Pengajar,Peneliti Budaya,Bahasa, Sastra, Komunikasi,Seni dan desain (APEBSKID) Provinsi Kepulauan Riau.
Mahasiswa S3 Pascasarja Universitas Muhammadiyah PROF. DR. HAMKA Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia Provinsi Kepulauan Riau
Anggota Persatuan Muballigh Kota Batam
Menyambut bulan Ramadhan, terutama bagi para muballigh di kota Batam, adalah saat yang penuh dengan renungan dan refleksi mendalam. Sebagai penceramah agama yang bertugas menyebarkan dakwah Islam, Persatuan Muballigh Batam memiliki tanggung jawab besar tidak hanya dalam menjaga kualitas ibadah pribadi, tetapi juga dalam membina hubungan sosial yang kuat di tengah masyarakat. Ramadhan adalah waktu untuk mengingatkan umat Islam tentang pentingnya kesucian hati, pengendalian diri, dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan. Tahun 2025 ini, sejatinya menjadi kesempatan bagi setiap muballigh untuk merenung, memperbaharui semangat dakwah mereka, serta mengingatkan diri mereka akan makna hakiki dari Ramadhan.
Makna Ramadhan bagi Anggota Muballigh Batam
Bagi para muballigh, Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang menawarkan peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam perspektif spiritual, bulan suci ini menjadi waktu yang tepat untuk memperdalam keimanan, memperbaiki hubungan dengan Tuhan, dan memurnikan hati dari noda-noda dosa. Seperti yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama dari puasa adalah untuk mencapai takwa, yang dalam konteks ini, mencakup kedekatan yang lebih besar dengan Allah SWT dan peningkatan kualitas iman. Bagi para muballigh, refleksi terhadap makna takwa ini menjadi landasan dalam menjalani aktivitas dakwah mereka selama Ramadhan. Mereka tidak hanya menyampaikan pesan-pesan keagamaan, tetapi juga mencontohkan sikap takwa yang diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Refleksi Sosial: Membangun Solidaritas di Masyarakat
Ramadhan bukan hanya menjadi momen untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Allah, tetapi juga untuk mempererat hubungan sosial dengan sesama umat Islam. Sebagai muballigh, mereka memikul tanggung jawab tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran spiritual, tetapi juga untuk membina solidaritas sosial di masyarakat, mengingat Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat dengan nilai-nilai kebersamaan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak memiliki iman kepada kehidupan akhirat, maka tidak ada iman padanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini menegaskan pentingnya keyakinan terhadap kehidupan akhirat yang mengarah pada perilaku sosial yang baik. Dalam konteks Ramadhan, hal ini mengajak umat untuk mengurangi ego pribadi dan lebih banyak berfokus pada kepentingan bersama. Para muballigh di Batam, dengan bimbingan mereka, memainkan peran sentral dalam memperkuat kesadaran sosial di tengah umat. Dengan menjalankan ibadah puasa yang melibatkan pengorbanan pribadi, mereka mendorong masyarakat untuk berbagi rezeki melalui zakat, infak, dan sedekah, sebagai bentuk solidaritas kepada yang kurang beruntung.
Dalam hal ini, pemahaman terhadap pentingnya sosial melalui pendekatan berbagi sangat sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan tentang kepedulian terhadap sesama. Salah satu contoh yang tepat adalah melalui kegiatan berbuka puasa bersama di masjid-masjid atau pemberian bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antar individu, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dalam komunitas.
Spiritualitas dalam Menyambut Ramadhan 2025
Dalam konteks perkembangan zaman, tahun 2025 membawa tantangan tersendiri bagi para muballigh dalam menyampaikan dakwah, terutama dengan adanya perubahan sosial dan tekanan globalisasi. Teknologi yang semakin maju dan gaya hidup modern sering kali mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap esensi Ramadhan itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi para muballigh untuk terus menggali dan mengajarkan esensi spiritual Ramadhan, dengan menekankan pada pencapaian takwa dan pembersihan hati.
Sebagai bukti pentingnya Ramadhan dalam kehidupan spiritual umat Islam, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Qadr:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” (QS. Al-Qadr: 1-2)
Ayat ini menegaskan betapa pentingnya malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang hanya dapat dicapai melalui kedekatan spiritual yang sungguh-sungguh. Dalam konteks ini, para muballigh harus memberikan penekanan pada upaya mencapai malam penuh berkah ini, yang bisa menjadi puncak dari spiritualitas seseorang.
Tantangan Globalisasi dan Peran Muballigh
Di tengah arus globalisasi, banyak tantangan baru yang dihadapi oleh muballigh dalam menjalankan tugas dakwahnya. Teknologi dan media sosial seringkali mempengaruhi pola pikir masyarakat, bahkan bisa mengarah pada pengabaian nilai-nilai spiritual. Dalam konteks ini, peran muballigh sangat penting sebagai penjaga nilai-nilai keislaman di tengah derasnya arus perubahan. Mereka tidak hanya harus mengajarkan ilmu agama dengan cara yang relevan dengan zaman, tetapi juga mengingatkan umat tentang pentingnya menjaga esensi Ramadhan sebagai bulan untuk meningkatkan kualitas hidup spiritual.
Kesimpulan
Refleksi diri dalam menyambut Ramadhan bagi Persatuan Muballigh Batam di tahun 2025 bukan hanya tentang kesiapan untuk menjalankan ibadah, tetapi juga tentang bagaimana mereka dapat menginspirasi masyarakat untuk menghidupkan nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung dalam bulan suci ini. Ramadhan adalah waktu untuk memperbaiki diri, meningkatkan solidaritas sosial, dan mempererat ikatan dengan Allah SWT. Meskipun tantangan zaman dan globalisasi mengiringi perjalanan Ramadhan, esensi dari bulan yang penuh berkah ini tetap relevan dan tak ternilai harganya, baik bagi para muballigh maupun umat Islam secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Nasr, S.H. (2018). Islamic Thought: An Introduction. Oxford University Press. Hal. 125-136.
Sulaiman, M. et al. (2017). Psychological Aspects of Ramadan Fasting. Journal of Islamic Psychology, 8(1), 55-69.
Hasan, H. et al. (2021). The Role of Education in Shaping Ramadan Experiences. Journal of Islamic Education, 9(2), 45-60.
Marzuki, A. et al. (2020). Ramadan in the Age of Globalization: The Digital Transformation of Islamic Practices. Journal of Cultural Studies, 21(4), 312-330.
Zaki, M. & Wahab, M. (2018). The Role of Ramadan in Shaping Islamic Education. International Journal of Islamic Education, 7(1), 89-102.
Al-Khudair, H.A. et al. (2020). Psychological and Health Impacts of Ramadan Fasting: A Review. International Journal of Public Health, 65(3), 293-303.
Aldhahi, M.A. et al. (2019). Impact of Ramadan Fasting on Physical Health. Journal of Health Science Research, 27(1), 112-119.
Syed, M. et al. (2022). Globalization and its Effects on Religious Practices during Ramadan. Journal of Religious Studies, 14(3), 75-85.
Nasir, M. et al. (2015). Economic Effects of Ramadan on Consumer Behavior in Muslim-majority Countries. Journal of Economics and Islamic Studies, 13(1), 76-90.
Sari, D. et al. (2021). Social Solidarity and Community Involvement During Ramadan in Indonesia. Journal of Social Research, 34(2), 148-160.
(Nursalim Tinggi Turatea)