BATAM | Deraphukum.click | Diskusi hangat di sebuah grup WhatsApp yang melibatkan anggota Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Batam mencerminkan bagaimana kolaborasi dan semangat persaudaraan menjadi kunci keberhasilan membangun harmoni di tengah masyarakat. Topik utama yang dibahas adalah kemenangan Ustadz Hasanudin, seorang tokoh dari Persatuan Muhammadiyah Batam (PMB), yang dinilai berhasil menghadirkan kemakmuran untuk semua lapisan masyarakat.
Dalam diskusi tersebut, Ustadz Hasanudin mengangkat pentingnya menjaga dinamika positif antara Muhammadiyah dan NU, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia menekankan bahwa profesionalisme dan semangat ukhuwah yang diwariskan para pendahulu harus terus dilestarikan. “Pendahulu kita sangat profesional menata hubungan ini. Namun, sering kali perubahan terjadi seiring pergantian tokoh. Kita harus menghindari kecintaan duniawi yang berlebihan agar arah organisasi tetap terjaga,” ujar beliau.
Diskusi semakin menarik dengan adanya pembahasan mengenai hasil Tanwir Muhammadiyah di Kupang, yang mengusung tema persaudaraan dan profesionalisme. Utrianto, salah satu anggota grup, memuji keharmonisan antara Muhammadiyah dan NU di Batam. “Di Batam, Muhammadiyah terasa seperti NU, dan NU terasa seperti Muhammadiyah. Ini menunjukkan tingginya semangat tasamuh (toleransi) yang dimiliki kedua organisasi,” ungkapnya.
Meskipun perbedaan fikih (furu’) ada, para peserta diskusi sepakat bahwa hal itu tidak menjadi penghalang untuk bersatu. Utrianto menambahkan bahwa budaya harmonis di Batam menjadi teladan bagi daerah lain. “Di kampung-kampung, perbedaan kecil sering memicu konflik bahkan kekerasan. Namun, di Batam, alhamdulillah, semangat tasamuh sangat tinggi,” katanya.
Agus Mulyadi, salah satu peserta diskusi, bertanya dengan ramah apakah ia boleh bergabung dalam kelompok diskusi tersebut. Pertanyaan itu dijawab dengan antusias oleh anggota lainnya, “Tentu saja boleh.”
Namun, Ustadz Hasanudin mengingatkan bahwa meskipun hubungan antara Muhammadiyah dan NU di Batam sangat harmonis, perbedaan identitas tetap harus dihormati. “Tidak boleh ada anggapan bahwa Muhammadiyah sama seperti NU, atau sebaliknya. Karena meski berbeda dalam tata kelola dan pandangan, tujuan kita sama: membangun persaudaraan dan kemaslahatan umat,” tegasnya.
Batam: Miniatur Indonesia yang Harmonis
Kemenangan Ustadz Hasanudin dan harmonisasi antara Muhammadiyah dan NU di Batam menjadi inspirasi baru bagi daerah lain. Kota ini membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk membangun masa depan bersama. Dengan tasamuh sebagai landasan, Batam menunjukkan bahwa perbedaan pandangan dapat dikelola tanpa mengorbankan persatuan.
Semangat persaudaraan yang tercermin di Batam memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia. Harmoni dan kemakmuran dapat dicapai jika setiap elemen masyarakat dan organisasi berkomitmen untuk saling menghormati dan bekerja sama demi tujuan bersama. Batam, dengan keberagamannya, menjadi simbol harapan bagi persatuan dan kemajuan umat Islam di Indonesia. (Nursalim Tinggi Turatea)