BATAM-KEPRI | Deraphukum.click | Diskusi selepas sholat Zhuhur di Masjid Otorita Batam menjadi momen berharga bagi sejumlah tokoh penting Kota Batam. Dalam suasana penuh keakraban, Nursalim Turatea, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia Kepulauan Riau; Suyono, Ketua Persatuan Muballigh Kota Batam; Imam Bachroni, tokoh Muhammadiyah; dan Prof. Dr. Chasbullah Wibisono, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), menyatakan dukungan penuh terhadap pembentukan Asosiasi Penulis Bahasa, Sastra, dan Budaya Provinsi Kepulauan Riau.
Nursalim Turatea: Membangun Literasi yang Berdaya Saing Global
Dalam pandangan Nursalim, asosiasi ini dapat menjadi platform strategis untuk memajukan literasi lokal sekaligus bersaing di kancah global. Ia menekankan pentingnya pengurus yang tidak hanya memahami warisan budaya, tetapi juga mampu mengadopsi pendekatan modern. “Asosiasi ini harus menjadi ruang bagi ide-ide kreatif dan inovasi literasi. Kita perlu menanamkan kecintaan pada budaya lokal sambil membangun daya saing di era digital,” tegasnya.

Sebagai jurnalis yang berpengalaman, Nursalim juga menawarkan dukungan dalam mempromosikan program-program asosiasi melalui jejaring media. Ia meyakini bahwa kolaborasi lintas sektor akan memperkuat keberadaan asosiasi di masyarakat.
Suyono: Bahasa sebagai Wadah Persatuan dan Moralitas
Suyono melihat bahasa dan sastra sebagai medium penting untuk membangun persatuan dan nilai moral. Dalam pandangannya, pengurus asosiasi harus memiliki integritas tinggi dan visi untuk memperkuat identitas budaya masyarakat. “Bahasa adalah jati diri bangsa. Asosiasi ini dapat menjadi wadah untuk memupuk rasa cinta pada budaya lokal sekaligus memperkuat harmoni sosial,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai keagamaan bisa menjadi landasan yang kuat dalam menjalankan visi asosiasi. Suyono berharap asosiasi ini tidak hanya menghasilkan karya sastra, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran moral bagi generasi muda.
Imam Bachroni: Pendidikan Karakter melalui Sastra
Sebagai pendidik, Imam Bachroni menekankan pentingnya sastra sebagai alat pendidikan karakter. Ia melihat pembentukan asosiasi ini sebagai peluang untuk memperkuat literasi di kalangan pelajar dan masyarakat umum. “Sastra lokal memiliki kekayaan yang luar biasa. Kita perlu mengangkat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya sebagai bagian dari pendidikan karakter,” katanya.
Imam juga mengusulkan agar asosiasi menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam menciptakan program-program pelatihan menulis, penerbitan karya, dan apresiasi sastra. Menurutnya, pengurus harus memiliki komitmen kuat untuk menjadikan bahasa, sastra, dan budaya lokal sebagai bagian integral dari sistem pendidikan.
Prof. Dr. Chasbullah Wibisono: Memupuk Kerukunan melalui Budaya
Sebagai Ketua FKUB, Prof. Dr. Chasbullah Wibisono melihat asosiasi ini sebagai peluang untuk memupuk kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama. Ia menegaskan pentingnya pengurus yang inklusif dan mampu merangkul keberagaman. “Kepulauan Riau memiliki keragaman budaya yang luar biasa. Asosiasi ini harus mampu menjadi penghubung yang memperkuat persatuan melalui bahasa dan sastra,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya program-program yang mendorong dialog antarbudaya dan antaragama. Dengan cara ini, asosiasi dapat menjadi motor penggerak bagi kohesi sosial di tengah keberagaman masyarakat Kepulauan Riau.
Meniti Masa Depan Sastra dan Budaya Kepulauan Riau
Para tokoh sepakat bahwa pembentukan asosiasi ini adalah langkah strategis untuk memperkuat identitas budaya lokal sekaligus menjawab tantangan globalisasi. Kepengurusan yang terbentuk nantinya diharapkan mampu melestarikan bahasa dan sastra Melayu, memperkenalkan inovasi budaya, serta membuka ruang bagi generasi muda untuk mengapresiasi dan mencintai warisan budaya mereka.
Dukungan dari para tokoh masyarakat ini menjadi sinyal positif bagi masa depan Asosiasi Penulis Bahasa, Sastra, dan Budaya Kepulauan Riau. Dengan visi yang jelas dan komitmen yang kuat, asosiasi ini diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam dunia literasi, budaya, dan pendidikan, baik di tingkat lokal maupun nasional. (Nursalim Tinggi Turatea).

